Kamera, Warga, dan Air Mata

8:55:00 AM

6 bulan pengambilan gambar
Berhari-hari hidup dan bercengkrama dengan warga
Dan air mata kesedihan ketika semua diratakan

Ini semua tentang suatu pengalaman pertama.
Di dalam hidupku, khususnya.
Pengalaman pertama ikut terlibat dalam pembuatan suatu film dokumenter. 
Pengalaman pertama hidup dan bercengkrama dengan warga yang termarjinalkan.
Pengalaman pertama melihat semuanya diratakan.

Suatu malam, air mata itu turun kembali.
Teringat memori tentang dua malam di bulan ramadhan, ketika semua belum diratakan.
Teriakan dari beberapa anak muda kampung, yang membangunkan kami sahur.
"Kak, sahur kak!" teriak mereka.
Nyanyian merdu dari bang Ucok, bang Deni, dan bang Ranto di pukul 3 pagi.
Nyanyian pembangun sahur yang masih tetap jadi musik dan lirik favoritku, sampai saat ini.

Semua cerita dan pengalaman itu telah aku dan teman-temanku rangkum.
Dalam sebuah film dokumenter.
Jakarta Unfair, judulnya.
Film dokumenter yang mencoba menyuarakan suara warga yang tidak pernah didengarkan suaranya.
Film karyaku dan teman-teman mahasiswa lainnya, yang berisikan setiap rasa yang dirasakan oleh warga dan oleh kami para pembuatnya.




You Might Also Like

0 comments

Popular Posts