Oh! Look at the moon!

Kalau ditanya tentang apa sih tontonan favorite millennials saat ini? Mungkin salah satu jawabannya, yaitu Drama Korea. 

Drama Korea mungkin bisa dibilang sebagai "sinetronnya" orang-orang di Korea sana, tapi dengan kualitas produksi, baik dari cerita, efek, dan akting yang jauh berbeda dari sinteron-sinetron di Indonesia. Pecinta drama Korea sendiri kebanyakan memang perempuan. Alasan kenapa suka banget nonton drama Korea biasanya selain karena ceritanya yang beda dan seru-seru banget, juga karena adanya daya tarik drama Korea yang menyuguhkan pemandangan indah dengan oppa-oppa tampannya. 

Nah, dari semua para pecinta drama Korea, ada beberapa tipe yang mungkin sering banget ditemukan dikalangan teman-teman kampus atau sekolahmu. Tipe-tipe ini juga yang biasa saya ditemukan di Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Indonesia. Apa aja tipenya? Yuk, langsung aja disimak!

1. Tipe "Terjadwal"

Kalo kamu sering liat teman kamu yang suka bikin reminder di Handphone dan isinya tulisan seperti "Episode 9!" atau kalo kamu punya teman yang suka tiba-tiba kesenengan sendiri pas ingat hari ini hari apa. Bisa jadi itu salah satu teman kamu termasuk dalam tipe pecinta drama korea yang satu ini. 

Tipe ini walaupun gak benar-benar nulis jadwal di kertas atau reminder Handphone, seringkali sebenarnya mereka udah bikin reminder sendiri di otak masing-masing, yang isinya mungkin kayak gini :

"Jam 11 malem, RAW version keluar, terus besok jam 7 versi udah ada Subtitle keluar. Berarti malem ini belajar sampe jam set 11 aja, terus standby deh buat nunggu RAW version, besok pas jeda kelas streaming versi subtitle deh :))"

2. Tipe "Streaming vs DVD Bajakan"

Tipe kedua ini sebenarnya saling bertolak belakang, kalo yang satu anaknya millennials banget, digital savvy parah, yang satu lagi antara gak digital-digital savvy amat a.k.a gaptek, atau emang gak punya koneksi internet aja, jadi memilih untuk beli DVD drama Korea di langganannya biar dikasih harga murah.
Kedua tipe ini biasanya rada gak tau malu, soalnya sering nongkrong di kafe berjam-jam dengan cuma beli satu minum, buat download 16 episode drama korea. Kalo yang satu lagi, suka gak tau malu buat nego sama abang-abang tukang DVD biar di diskon, 15 ribu dapet 3 DVD.
Internet buat tipe anak pecinta streaming ini adalah segalanya. Nah, kalo buat pecinta DVD bajakan sih, ya pasti abang penjual yang jadi segalanya buat dirinya.

3. Tipe "Konsultan"

Kamu punya teman yang sering dijadikan tempat berkeluh kesah tentang memilih drama yang paling bagus dan dengan aktor yang paling ganteng, atau kamu yang sering dijadikan tempat keluh kesah tersebut ? Berarti temanmu atau kamu bisa dikategorikan sebagai tipe pencinta drama korea yang satu ini.
Kalo jadi konsultan drama Korea bisa dapet uang, mungkin kamu atau teman kamu itu udah jadi orang paling kaya di dunia, atau di kampus lah paling enggak. Tipe ini pengetahuan tentang per-drama-korea-an dan per-aktor-ganteng-cantik-an udah di atas rata-rata. Jadi, kalo mau tanya drama yang kayak gimana juga, pokoknya dia tau deh. Bahkan bisa kasih rate sendiri buat setiap drama yang di tontonnya. Mungkin bahkan bisa kasih pilihan drama yang sesuai sama kepribadian atau primbon orang yang mau nonton. Mantap kan?

4. Tipe "Terinfluence"

Teman kamu ada yang suka pake kata-kata Korea kalo lagi ngobrol sama kamu? Bisa jadi temanmu itu termasuk dalam tipe millennials pecinta drama korea yang terakhir, yaitu tipe "terinfluence". Terinfluence disini punya maksud, yaitu tipe penonton drama Korea yang terpengaruh banget sama drama-drama yang ditontonnya, bisa terpengaruh dari segi bahasa, fashion, dll.
Tipe ini bisa dilihat salah satunya, dari kesukaan menggunakan kalimat atau kata-kata berbahasa Korea setiap harinya. Selain pengunaan kalimat dan kata-kata berbahasa Korea, tipe ini juga ada yang suka latah kepengen makan apa aja dengan cara kayak orang Korea gitu, yaitu pake sumpit.
Karena kesukaannya gunain segala hal berbau Korea di kesehariannya, tipe yang satu ini sering terlihat sebagai anak yang "korea banget" dikalangan teman-temannya. Bahkan terkadang, teman-temannya juga sampai ikut terinfluence buat suka sama hal-hal berbau Korea tersebut loh.





Tipe-tipe diatas mungkin hanya sebagian kecil dari tipe-tipe millennials pecinta drama Korea lain yang ada diluar sana. Nah, buat ilustrasinya bisa dilihat di video ini ya. Kalian bisa komen di video atau blog ini, kalau kira-kira tau tipe-tipe lainnya.  Jangan lupa share dan likenya juga ya!

6 bulan pengambilan gambar

Berhari-hari hidup dan bercengkrama dengan warga

Dan air mata kesedihan ketika semua diratakan

Ini semua tentang suatu pengalaman pertama.

Di dalam hidupku, khususnya.

Pengalaman pertama ikut terlibat dalam pembuatan suatu film dokumenter. 

Pengalaman pertama hidup dan bercengkrama dengan warga yang termarjinalkan.

Pengalaman pertama melihat semuanya diratakan.

Suatu malam, air mata itu turun kembali.

Teringat memori tentang dua malam di bulan ramadhan, ketika semua belum diratakan.

Teriakan dari beberapa anak muda kampung, yang membangunkan kami sahur.

"Kak, sahur kak!" teriak mereka.

Nyanyian merdu dari bang Ucok, bang Deni, dan bang Ranto di pukul 3 pagi.
Nyanyian pembangun sahur yang masih tetap jadi musik dan lirik favoritku, sampai saat ini.

Semua cerita dan pengalaman itu telah aku dan teman-temanku rangkum.
Dalam sebuah film dokumenter.

Jakarta Unfair, judulnya.

Film dokumenter yang mencoba menyuarakan suara warga yang tidak pernah didengarkan suaranya.

Film karyaku dan teman-teman mahasiswa lainnya, yang berisikan setiap rasa yang dirasakan oleh warga dan oleh kami para pembuatnya.

Kalau di beberapa organisasi kemahasiswaan di kampus saya memiliki agenda wajib di setiap akhir kepengurusan, dengan JJAKnya. Keluarga saya memiliki agenda wajib di setiap akhir tahun yaitu JJAT. Tidak harus mewah, jauh, ataupun mahal, agenda kami ini sering kali dilakukan dengan pergi ke tempat-tempat yang sederhana. Hanya untuk mengingatkan, tulisan ini dibuat bukan untuk bersombong-ria, hanya ingin berbagi cerita saja, dan mensyukuri
setiap kesempatan yang saya dapatkan untuk berjalan-jalan bersama keluarga.

Entah sejak kapan agenda ini dibuat, namun ayah dan ibu saya memang selalu meluangkan waktunya di penghujung tahun untuk menghabiskannya dengan kedua anaknya, saya dan adik saya. Akhir tahun seringkali di pilih sebagai waktu yang tepat untuk agenda tersebut, dikarenakan pada liburan akhir tahunlah orang tua saya benar-benar bisa berlibur dari pekerjaannya sebagai pengajar. Terkadang agenda kami ini juga mengajak anggota keluarga lainnya, seperti kakek, nenek serta tante dan om beserta anak-anaknya. Memori tentang JJAT terlampau saya, jatuh pada JJAT yang saya lakukan bersama keluarga besar ibu saya, seingat saya saat itu kami pergi mengunjungi Yogyakarta menggunakan mobil, dengan melakukan konvoi bersama-sama. Saat itu mungkin saya masih berumur kira-kira 11 tahun, dan masih duduk di bangku sekolah dasar.

JJAT lain yang saya ingat yaitu ketika kami sekeluarga besar pergi mengunjungi Pantai Pangandaran dan Pantai Batu Karas. Sekali lagi, kami pergi dengan berkonvoi mobil bersama. Ya, kami memang lebih suka pergi dengan berkonvoi menggunakan kendaraan masing-masing, dibandingkan dengan menyewa satu mobil untuk dipakai bersama. Saya ingat, pada perjalanan tersebut kami tidak menghabiskan malam tahun baru kami di salah satu pantai yang saya sebutkan tadi, melainkan menghabiskannya di Jalan Toll dekat Taman Mini Indonesia Indah, sambil melihat pesta kembang api yang diadakan oleh TMII dari pinggir jalan toll. Saat itu memang kami memutuskan untuk pulang kembali ke Depok, sebelum malam tahun baru.

Saya dan adik di Universal Studio

Selanjutnya, JJAT yang saya ingat lainnya yaitu saat saya melakukannya dengan berjalan-jalan ke luar negeri yaitu, Singapura. Yap, perjalanan tersebut merupakan perjalanan pertama saya mengunjungi negara lain. Kami sekeluarga berangkat tepat pada malam tahun baru, dan sampai disana sekitar pukul 10 malam. Sesampainya di Singapura kami bergegas untuk cepat-cepat sampai di hotel, untuk menaruh barang-barang dan kemudian pergi ke Marina Bay untuk melihat pesta kembang api. Malam tahun baru di Singapura sangatlah ramai, variasi kembang apinya pun juga sangat indah, dan satu hal yang saya kagumi yaitu ketika saya menikmati pertunjukan kembang api di trotoar jalan dekat Marina Bay, pengunjung pun dengan tertibnya tetap menjaga fasilitas jalan berupa taman pinggir jalan dengan tidak merusak dan menginjak-injaknya. Satu hal yang sepertinya sudah tidak mungkin terjadi di Indonesia, melihat keberingasan warganya di saat-saat seperti itu.


Untuk saya sendiri, dalam satu tahun agenda keluarga yang saya tunggu-tunggu adalah JJAT. Karena saat itulah saya dan keluarga bisa menghabiskan waktu bersama-sama. Tidak harus mahal dan mewah, yang terpenting adalah kebersamaannya. Semoga tahun ini dan tahun-tahun yang akan datang kami masih diberikan kesehatan agar dapat menjalankan agenda tersebut kembali.

-Salam Dian-